4.12.14
Maulana Dama Yudhistira : Di ICM Semai Multi Intelegensi
Maulana Dama Yudhistira, atau biasa
disapa Dama merupakan role model siswa yang sukses menemukan, mengeksplorasi
serta mengembangkan talenta sejak menempuh studi di Insan Cendikia Madani (ICM) Boarding School Development. Dama yang memperoleh beasiswa sejak
kelas XI, dikenal piawai dalam menulis dan public speaking. Terbukti, pada dua
bidang tersebut Dama telah menorehkan prestasi.
Dama mengibarkan panji ICM di ajang Lomba
Membaca Berita Bahasa Inggris se Jabodetabek dengan merengkuh Juara II, serta
Juara III dalam Lomba Menulis Kepemimpinan Tingkat Nasional yang diikuti oleh
Ketua-Ketua Osis se Indonesia. Jika dipetakan dengan pendekatan kecerdasan
majemuk (multiple intelligences),
yakni teori kecerdasan yang diperkenalkan oleh Howard Gardner dari Harvard
University, Dama adalah siswa yang memiliki kecerdasan linguistik.
Meski perhatiannya dikerahkan untuk
mengembangkan kecerdasan non akademik, dalam hal kecerdasan intelektual atau
aspek kognitif, Dama terbilang membanggakan. Betapa tidak, di tengah
kesibukannya menyelami lebih dalam potensi-potensi yang dimiliki, nilai akdemik
anak pertama dari dua bersaudara ini tak pernah anjlok atau mengecewakan. Saban
semester, Dama senantiasa bertengger paling tidak di posisi lima besar. Tekun mengembangkan
bakat, tak alihkan Dama mematuti pelajaran-pelajaran yang dicurahkan oleh guru-gurunya
di kelas.
Di kalangan teman-temannya, Dama
dikenal sebagai siswa yang memiliki jiwa pergaulan, ia supel. Pembawaanya ramah
sehingga mudah diterima dan merajut pertemanan. Berbekal personalitas
interpersonal yang memesona, respek dari teman-temannya mengalir. Dama lantas
didapuk menjadi Ketua Osis ICM periode 2013-2014. Di sini, Dama kembali buktikan
bisa berdamai dengan dirinya yang ternyata memiliki multi intelegensi.
Sebetulnya, asa Dama untuk
menyelesaikan studi di ICM hampir pupus kala ayahnya tiba-tiba jatuh sakit
sehingga ekonomi keluarga terpuruk. Dama yang beranjak dewasa sempat sangsi akan
uliran takdir indah, bisa tuntaskan SMA di ICM karena alasan biaya sekolah.
Ibundanya bahkan telah mengurus kepindahan Dama ke sekolah negeri.
Namun Dama enggan. Pada ICM dan
kehidupan di dalamnya, hati telah ditambatkan untuk rengkuh cita-cita. Imajinasi
kelak menjadi dokter anak yang bisa membaktikan ilmu pada masyarakat tidak
mampu tak mungkin begitu saja ia eliminasi. Dama meyakini, ICM adalah fondasi yang kuat untuk pijakan
melanjutkan studi pada tahap selanjutnya.
Beruntung sekali, ICM yang memang
sejak awal menasbihkan diri emban misi sosial, bekerjasama dengan Yayasan Tali
Fundation, menyiapkan beasiswa bagi anak-anak di atas rata-rata. Dama, satu di
antara puluhan siswa ICM yang peroleh beasiswa hingga tunai masa sekolah. Dama
menempuh pendidikan di tempat yang tepat.
Kesempatan melanjutkan pendidikan
dengan beasiswa hingga akhir masa studi akhirnya bisa dijalani. Lebih dari itu,
benih-benih multitalenta yang bersemayam di dalam diri Dama, pun disemai di
kawahcadradimuka yang memungkinkan ia tumbuh dan berkembang. Di ICM, semua
potensi siswa, termasuk talenta non akademik memang difasilitasi aktualisasinya.
Berbagai kegiatan internal digelar
untuk memperdalam kompetensi siswa. Pun bila ada kegiatan eksternal (yang
dilakukan oleh pihak di luar ICM), siswa selalu difasilitasi. Tak sekadar untuk
berpartisipasi, namun menjadi ajang pembuktian diri. Dama adalah satu di antara
ratusan siswa ICM, yang memiliki potensi dan sukes mengembangkan bakat-bakatnya
tanpa harus mengabaikan pencapaian kompetensi akdemik. ICM mengedepankan
metodologi pendidikan yang menghargai keunikan setiap siswa.
Mendulang keberhasilan mencapai
tujuan pendidikan yang menyentuh tiga domain yang dikemukakan oleh Benjamin S.
Bloom yakni kognitif, afektif dan psikomotorik sebagaimana dicapai oleh Dama
dan teman-temannya, adalah misi ICM yang dieja setapak demi setapak. Perlahan
namun pasti, kian benderang jalan ICM menyuplai insan yang pada pundak mereka
masa depan ditautkan.
Konfigurasi pencapaian antara ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik sekaligus merangsang kristalisasi multiple
intelligences. Bahwa konsep kecerdasan tak lagi terjebak pada
takaran-takaran intelektual saja, namun telah berkembang ke kecerdasan
lingusitik, spasial, musikal, interpersonal, intrapersonal, kinestetis, serta
naturalis. Konfigurasi spektrum kecerdesan majemuk tersebut, faktanya bisa
dibuktikan dengan berbagai pencapaian prestasi akademik mumpun non akademik
siswa. Sebagaiman telah dicapai oleh Dama.
Tak hanya Dama, ada banyak siswa ICM
yang memiliki prestasi di lebih dari satu bidang sekaligus. Di ICM, benih multiple
intelligences siswa ditumbuhkembangkan. Dengan berbagai fasilitas di dalamnya, ICM
terus berupaya memperbaiki dan memosisikan diri sebagai ladang semai yang subur
untuk hasilkan insan-insan unggul.