27.11.14
Menikah Bukan Cari Teman Hidup
Niat menikah dan mencinta yang sah, jangan
samakan dengan mencari teman hidup ala kadarnya saja. Jika sekadar mencari
teman hidup, dengan fauna juga bisa. Saya kira sekarang tengah berkembang trend
orang-orang hidup dengan hewan peliharaan yang katanya sesuatu yang lumrah.
Mereka memosisikan hewan tersebut sebagai teman hidup, bahkan berbagi rasa. Ada
yang memelihara kucing, anjing, burung atau memelihara ular atau dan rusa.
Kemana pun ia pergi dan apapun aktivitasnya, fauna peliharaan disertakan pula. Hewan-hewan
tersebut jadi mahluk setia yang menemani, dan termasuk juga tempat tumpahkan
curah keluh dan kesah.
Harus dipahami,
dalam pernikahan, yang dibutuhkan bukan teman hidup seperti berteman dengan
fauna. Esensi pernikahan yang berarti di dalamnya ada komitmen, adalah kita
memilih partner hidup. Partner punya dua
makna dalam dua bahasa berbeda. Di dalam bahasa Indonesia, partner bisa
dimaknai mitra atau relasi. Artinya dalam partner hidup, ada hubungan timbal
balik serta interaksi yang didasari komitmen terikat visi dan misi, atau
minimal tujuan yang hendak dicapai. Misalnya partner bisnis yang memiliki
tujuan mencari untung, partner organisasi memiliki visi dan misi yang ingin
diwujudkan, dan lain sebagainya.
Sedang menurut
bahasa Inggris, partner berarti bagian atau satu kesatuan utuh dari kita.
Partner tak bisa dipisahkan satu sama lain. Partner kita adalah bagian tubuh
kita juga. Saking pentingnya partner, jika ada satu bagian yang hilang, atau
tetap ada namun tidak berfungsi, maka seseorang disebut catat. Tak lagi normal.
Contoh, ketika mata/penglihatan tak berfungsi, maka disebut tuna netra,
telinga/pendengaran tak normal, disebut tuna rungu, pun bila organ kaki
diamputasi, maka seseorang disebut cacat atau tidak utuh.
Jadi jelas, di
dalam hubungan dua orang yang terikat akad, harus ada rencana rancang bangun
atau proposal yang disepakati berdua. Selain itu, juga ada kewajiban
memosisikan diri dan pasangan sebagai mitra strategis, bukan sebatas teman saja.
Komitmen sebagai partner hidup harus diiringi sharing tanggung jawab, bahu
membahu wujudkan visi dan misi keluarga. Laiknya kehilangan organ tubuh yang
akibatkan penderitaan, begitulah kira-kira perasaan yang mestinya mendera
manakala perjalanan salah satu partner hidup tak kompak dan menempuh beda arah.
Sebagai partner, maka tugas yang lain untuk ingatkan agar tak semakin menjauh
dari cita-cita bersama.
Kesadaran bahwa
menikah berarti memilih partner hidup, baiknya dibangun sedini mungkin sebelum
akad berlangsung, sebab di dalamnya ada unsur perencanaan. Segala sesuatu yang
direncanakan lebih matang, bisa diminimalisir peluang gagalnya.