Makassar (ANTARA Sulsel) - Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel),
meluncurkan sebelas kriteria caleg yang patut dipilih dalam pemilu legislatif,
Kamis (9/4) besok.
“Kami berharap kriteria-kriteria
ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat sebelum menetapkan caleg yang akan
dipilihnya dan menuju TPS,” kata Humas KAMMI Daerah Makassar, Jusman Dalle,
usai diskusi politik yang dihadiri pengamat politik Sulsel, Dr Fuad Rumi di
Makassar, Rabu (8/4).
Sebelas kriteria tersebut adalah,
muda cerdas berkompeten, komitmen terhadap perubahan, mendukung kemandirian
lokal, peduli terhadap pendidikan, peduli lingkungan, tidak dicurigai terlibat
kasus korupsi serta tidak terlibat skandal perempuan dan kekerasan dalam rumah
tangga,
Selain itu, tidak menjadi kaki tangan orde baru, tidak terlibat kasus
pornografi pornoaksi dan judi, tidak menjadi antek asing, serta bermoral dan
amanah.
Jusman juga menjelaskan, kriteria
tersebut disosialisasikan dalam suatu rangkaian aksi yang dimulai sejak 31
Maret hingga 8 April, agar masyarakat tidak salah dalam memilih wakilnya.
“Kami berharap ini menjadi referensi masyarakat sehingga tidak golput dengan
tetap melaksanakan haknya namun tidak memilih politisi busuk,” ujarnya.
Sementara itu, akademisi Dr Fuad
Rumi mengatakan, yang perlu mendapat pendidikan politik pertama kali adalah,
para politisi baru setelah itu difokuskan ke masyarakat.
Ia menjelaskan, politisi memiliki daya tarik bagi masyarakat, sehingga jika
politisi tak bermoral maka masyarakat ikut menjadi tak bermoral.
Dalam pemilu ini, tambah Fuad,
masyarakat seharusnya memilih caleg dengan melihat partainya sebab proses
kaderisasi ada di partai.
“Selama ini masyarakat kita
melihat calegnya, padahal kita bisa menilai caleg dari kaderisasi partai. Jika
kaderisasi baik calegnya baik, kaderisasi buruk, calegnya juga buruk,” ujarnya.
Di akhir diskusi, akademisi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu
mengatakan, politisi maupun pemilih di Indonesia memiliki karakteristik khusus.
“Baik politisi dan pemilih kita
karakteristiknya seperti platus. Ada yang terdengar tapi tak tercium, ada yang
terdengar dan tercium, ada juga yang tidak terdengar tapi tercium,” ujarnya. Fuad
mengkhawatirkan, situasi itu bisa memperparah kondisi politik bangsa yang
seperti berada di tempat sampah, sehingga menyebabkan kita tidak peka
membedakan mana yang baik dan buruk.