Mata Air Pikiran Mengalir Membentuk Kenyataan

  • Opini Kompas | IMF dan Malapraktik Diplomasi

    Jusman Dalle | Opini Harian Kompas Pemerintah memastikan bakal memberikan bantuan pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9,4 triliun. Terkait komitmen Indonesia ini, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, IMF diharapkan tidak hanya menggunakan pinjaman ini untuk membantu negara-negara di Eropa, tetapi juga negara-negara di Asia dan Afrika.

  • Opini Republika | Urgensi Badan Haji

    Jusman Dalle - Opini Republika | Untuk mencapai tujuan pertama yaitu manfaat transformasi manajemen, Badan Haji yang nantinya bakal berfungsi sebagai eksekutor saja, merampingkan organisasi serta secara otomatis memotong rantai birokrasi bertingkat dan kompleks yang melibatkan banyak institusi. Badan Haji juga mengakhiri rezim monopoli kewenangan sebab Kemenag tinggal memegang satu fungsi, yaitu sebagai regulator sementara Komisi VIII DPR yang membawahi persoalan haji, berfungsi sebagai evaluator.

  • Profil Jusman Dalle

    Jusman juga menekuni digital marketing. Merancang dan membuat konten digital berupa tulisan (copywriter), visual dan audio visual untuk sejumlah perusahaan dan institusi skala nasional. Antara lain Partai Gerindra, Kedutaan Besar Jerman, Taksi Ekspress, Bank BTN, PLN, XL Axiata, Agung Podomoro Land, True Money, dll.

  • Rawan Pangan Negeri Pertanian

    Jusman Dalle - Opini Koran Tempo | Program revitalisasi sektor pertanian yang pernah dijanjikan sejak 2005 masih sebatas lip service. Infrastruktur irigasi rusak parah, jalanan di desa-desa basis pertanian pun belum memadai. Rencana pemerintah untuk membagikan tanah seluas 9,25 juta hektare juga baru sebatas “angin surga”.

8.3.16

Belajar dari Hilangnya Yunani di Kancah Imperium Dunia

Hari ini bangsa Yunani jatuh miskin setelah digulung gelombang krisis ekonomi global 2008 yang berlanjut dengan pukulan krisis Eropa tahun 2012. Generasi yang merasakan keterpurukan Yunani masa kini, barangkali hanya bisa menikmati kedigdayaan nenek moyang mereka melalui cerita dan sejarah kejayaannya turun temurun tanpa bisa merasakan bagaimana digdayanya Yunani di masa lampau. Salah satunya melalui film 300 : Rise Of An Empire.

Film ini mengisahkan patriotisme, demokrasi dan persatuan Yunani sebagai nation state. Spartan, prajurit yang dimitoskan tak terkalahkan, bahkan oleh pasukan bangsa besar seperti Persia, jadi martir pemersatu Yunani dalam kisah ini.

Yang menarik dr film 300 : Rise Of an Empire, kehidupan demokrasi sudah jadi praktek politik Yunani klasik. Keputusan mereka berperang diambil melalui proses musyawarah. Tak ada dominasi kaisar diktator seperti tergambar pada kehidupan bangsa Persia yang memaksa rakyat berperang demi ambisi kuasa sang kaisar.


Bagi orang-orang Iran, film ini barangkali tak enak ditotonton. Sebab mengasosiasikan moyang mereka sebagai bangsa diktator, menghidupkan perbudakan dan lemah. Pasukan yg jumlahnya ratusan ribu, kalah oleh satuan pasukan Yunani yang jumlahnya hanya ribuan.

Kelemahan Persia ini, entah benar seperti fakta sejarah, atau hanya skenario Hollywood mengecilkan sejarah Persia melalui film, kembali membuktikan teori bahwa film dan tulisan adalah sarana efektif membikin propaganda dan mendrive sejarah.

Indonesia punya banyak sejarah penting seputar kedigdayaan moyang kita, seperti epos Sriwijaya dan Majapahit. Namun sejauh ini belum ada yang berkompeten menceritakan ulang sejarah itu dalam rupa film berkualitas, edukatif, membangkitkan konfidensi sbg bangsa besar, serta menggelorakan pariotisme.

Belajar dari punahnya kejayaan Yunani yang masih terus bergumul dengan dera krisis, kita memetik hikmah bahwa kejayaan itu dipergilirkan. Tak ada kekuatan abadi di dunia ini, kecuali dimiliki oleh Dia Yang Maha Pencipta. Tak ada bangsa dan anak manusia yang bisa menjamin dirinya selalu berada di pucuk kemakmuran.

Maka, kita memiliki ruang ikhtiar, tempat dimana takdir menentukan masa depan. Seperti para Spartan yang menjadi nafas dan energi utama Yunani mengokohkan dominasi imperiumnya kala itu, maka persiapan matang adalah sebuah keniscayaan.