|
Nelson Mandela menggunakan batik | Foto : AFP |
Mendung gelap menggelayuti langit dunia. Seorang anak manusia yang
memiliki dedikasi besar dalam tapak sejarah politik dan kemanusiaan, pergi
untuk selamanya. Nelson Rolihlahla Mandela atau lebih populer dengan
Nelson Mandela, sang revolusioner sekaligus ikon gerakan politik Anti-Apartheid,
telah pergi untuk selamanya. Kamis, 5 Desember 2013 waktu Johannesburg, Mandela
mangkat dari kehidupan fana setelah tubuh rentanya digerogoti penyakit.
Mandela adalah simbol perlawanan, arsitek perjuangan politik kesetaraan
di Afrika Selatan yang kala itu menajdi jajahan Inggris. Mandela tak pernah
menyerah membakar gelora perlawanan terhadap politik diskriminatif yang
membatasi hak-hak berdasarkan warna kulit atau ras yang diterapkan imperialis.
Mandela memang harus membayar perjuangannya melawan politik diskriminatif tersebut
dengan mendekam di penjara 27 tahun lamanya. Tapi karena itu, ia mencapai
takdir kepahlawanan hingga akhirnya menjadi Presiden Afrika Selatan tahun
1994-1999.
Mandela, sang ikon politik kemanusiaan dunia memiliki kedekatan
dengan Indonesia. Selain karena ada perkampungan Bugis di Afrika Selatan, Mandela
juga mengenal baik seorang putra Indonesia di benua hitam itu. Adalah Syekh
Yusuf Al Makassari, seorang pejuang dan ulama kelahiran Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan yang diasingkan oleh penjajah Belanda ke Afrika. Di Afrika
Selatan, Syekh Yusuf kemudian mendakwahkan Islam hingga wafat di Cape Town.
Pada suatu kesempatan, mengenang jasa Syekh Yusuf Al Makassari, Nelson Mandela menyebut
Syekh Yusuf sebagai “Salah Seorang Putra Afrika Terbaik.”
Kedekatan lain Mandela dengan Indonesia adalah kegemarannya pada batik.
Mandela adalah pecinta batik sejati. Jauh sebelum batik diresmikan sebagai
warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2009 dan akhirnya booming di
Indonesia, Mandela telah menjadi ‘duta batik’. Mandela mengenakan batik di
berbagai forum dunia.
Tepatnya, sejak tahun 1990 Mandela menjadi pengguna setia pakaian
batik. Ada alasan Mandela cinta batik. Selain karena estetika dan nilai seni
tinggi, dengan mengenakan batik yang berdesain rumit, Mandela bisa selalu
mengingat proses perjuangan dan jalan politiknya untuk membela kemanusiaan yang
juga rumit penuh onak dan duri. Persis seperti desain batik.
|
Nelson Mandela dalam berbagai kesempatan setia menggunakan batik | foto : tribunnews.com |
Sebagaimana diberitakan oleh BBC, seorang WNI pemilik kios batik di
Pretoria, Afrika Selatan, Michael Pasaribu mengatakan minat masyarakat Afrika
Selatan terhadap batik semakin meningkat terutama sejak Mandela tidak lagi
menjabat sebagai presiden. Saat Mandela masih menjabat sebagai Presiden,
masyarakat tidak ingin menggunakan batik sebagai bentuk penghargaan. Masyarakat
segan untuk meniru Mandela.
Namun setelah Mandela tak aktif lagi di kantor presiden, banyak
yang mulai tertarik dan menanyakan di mana bisa membeli batik. Sepeninggal
Mandela, tak menutup kemungkinan batik akan laku keras dan dicari-cari di
Afrika Selatan. Agar sebagai salah satu cara mereka menghargai, dan mengenang
Sang Bapak Anti-Apartheid.
Sama seperti halnya ketika Mandela menyebut Syekh Yusuf Al
Makassari sebagai Salah Seorang Putra Afrika Terbaik atas dedikasinya
menyebarkan Islam di bumi Afrika Selatan, tak
ada salahnya bila kita juga menggelari Mandela Sebagai Putra Indonesia
Terbaik. Sebab Mandela turut aktif membawa batik ke kancah dunia. Mandela
telah menyatu dengan batik, sama dengan kecintaan kita semua pada warisan
budaya bangsa tersebut.
Saya mengusulkan agar kedutaan besar Indonesia dan Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberika penghargaan khusus atas dedikasi mendiang
Nelson Mandela memopulerkan batik di Afrika Selatan dan dunia. Mandela
adalah tokoh besar dan berpengaruh di dunia, sehingga apa yang melekat pada
dirinya, dari ujung rambut hingga ujung kaki pasti akan jadi perhatian. Termasuk
pakaian batik yang sering dikenakannya.
|
Warga Pretoria, Afrika Selatan menyerbu salah satu stan batik di kota tersebut | Foto ; BBC |
Kedekatan lain Mandela dengan Indonesia juga bertalian pada soal
gagasan mulia yang diperjuangkannya, yaitu gerakan anti diskirminasi rasial. Ketika
perjuangan itu membuahkan hasil, Mandela tak menumpahkan kesumat saat berkuasa.
Terhadap rentetan persitiwa pilu yang pernah menyiksa fisiknya alami di masa
lalu, tak membungkam jiwa kemanusiaan Mandela.”Saya akan memaafkan tetapi
bukan berarti melupakan.” Kata mandela pada suatu waktu. Nampak jelas jiwa
negarawan Mandela dari kalimat itu.
Perjuangan kesetaraan yang diusung Mandela berbeda dengan jalan
perjuangan kesetaraan tokoh-tokoh di Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan
akan tetapi disaat bersamaan menginjak kelompok lain. Ini barangkali penyebab
mengapa isu kesetaraan di Indonesia tidak pernah usai. Sebab egoisme sektarian ternyata
bertopeng perjuangan kesetaraan.
Sebagai negeri heterogen, Indonesia butuh tangan dingin seperti
sosok Mandela. Agar bangsa majemuk ini padu meninggikan harkat dan martabat.
Indonesia rindu negarawan laiknya Mandela yang mengedepankan kesetaraan, mengangkat
golongan terinjak, tanpa menginjak golongan yang lain.