7.11.12
Redam Tawuran dengan Salurkan "Kegalauan"
JAKARTA,Okezone.com - Kebanyakan pelaku tawuran disinyalir mengalami "kegalauan". Sayangnya, terbatasnya ruang ekspresi positif membuat mereka menyalurkan kegalauan tersebut kepada hal-hal yang negatif seperti tawuran.
Mantan aktivis mahasiswa Makassar Jusman Dalle melihat, membudayanya tawuran di kalangan mahasiswa Makasar adalah karena para pelakunya mengalami kegalauan. Ditambah lagi, label "mahasiswa Makassar gemar tawuran" ikut menambah sugesti.
Kondisi ini, kata pria yang pernah mengenyam studi di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar tersebut, diperparah dengan minimnya ruang ekspresi positif untuk mereka menyalurkan kegalauan tersebut. Misalnya, mengarahkan mereka pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, kewirausahaan, kegiatan keagamaan atau kegiatan akademis seperti penelitian.
"Saya mengenal banyak sekali kelompok positif seperti itu di Makassar. Hanya memang belum mendapat dukungan luas dari pihak kampus sehingga mahasiswa belum banyak tahu," kata Jusman dalam Blackberry Messenger (BBM) kepada Okezone, Jumat (12/10/2012).
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) itu mengimbuh, jika hal-hal positif tersebut dapat diwujudkan, setidaknya kebiasaan tawuran antarmahasiswa bisa diminimalisasi. Jusman bertutur, sebenarnya kalangan mahasiswa sendiri tidak tinggal diam untuk meredam tawuran antarmahasiswa ini. KAMMI bersama dengan organisasi mahasiswa dan kepemudaan lain cukup rajin menggelar kegiatan yang melibatkan mahasiswa, termasuk para pelaku tawuran.
"Kami mulai menggalakkan berbagai kegiatan positif seperti kewirausahaan dan kegiatan sosial lain, misalnya membina anak-anak pemulung di beberapa titik di Makassar," ujarnya.
Menurut Jusman, kegiatan-kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk mengarahkan potensi positif mahasiswa. Sebab, pengelolaannya pun melibatkan para mahasiswa dari berbagai latar belakang.
"Mereka jadi disibukkan dengan hal-hal kreatif. Mereka yang tawuran kan tidak tahu harus menyalurkan kegalauan mereka ke mana," imbuhnya.(rfa) | Rifa Nadia Nurfuadah/Okezone.com
Mantan aktivis mahasiswa Makassar Jusman Dalle melihat, membudayanya tawuran di kalangan mahasiswa Makasar adalah karena para pelakunya mengalami kegalauan. Ditambah lagi, label "mahasiswa Makassar gemar tawuran" ikut menambah sugesti.
Kondisi ini, kata pria yang pernah mengenyam studi di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar tersebut, diperparah dengan minimnya ruang ekspresi positif untuk mereka menyalurkan kegalauan tersebut. Misalnya, mengarahkan mereka pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, kewirausahaan, kegiatan keagamaan atau kegiatan akademis seperti penelitian.
"Saya mengenal banyak sekali kelompok positif seperti itu di Makassar. Hanya memang belum mendapat dukungan luas dari pihak kampus sehingga mahasiswa belum banyak tahu," kata Jusman dalam Blackberry Messenger (BBM) kepada Okezone, Jumat (12/10/2012).
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) itu mengimbuh, jika hal-hal positif tersebut dapat diwujudkan, setidaknya kebiasaan tawuran antarmahasiswa bisa diminimalisasi. Jusman bertutur, sebenarnya kalangan mahasiswa sendiri tidak tinggal diam untuk meredam tawuran antarmahasiswa ini. KAMMI bersama dengan organisasi mahasiswa dan kepemudaan lain cukup rajin menggelar kegiatan yang melibatkan mahasiswa, termasuk para pelaku tawuran.
"Kami mulai menggalakkan berbagai kegiatan positif seperti kewirausahaan dan kegiatan sosial lain, misalnya membina anak-anak pemulung di beberapa titik di Makassar," ujarnya.
Menurut Jusman, kegiatan-kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk mengarahkan potensi positif mahasiswa. Sebab, pengelolaannya pun melibatkan para mahasiswa dari berbagai latar belakang.
"Mereka jadi disibukkan dengan hal-hal kreatif. Mereka yang tawuran kan tidak tahu harus menyalurkan kegalauan mereka ke mana," imbuhnya.(rfa) | Rifa Nadia Nurfuadah/Okezone.com