5.6.12
Nyata, Kisah Anak dan Ibunya Bertemu Malaikat
Pada Sabtu (2/6) yang lalu, saya diundang oleh rekan-rekan BEM KM Universitas Negeri Yogyakarta untuk mengisi Workshop Kepenulisan. Peserta workshop di Kota Gudeg ini termasuk istimewa dari workshop-workshop yang saya bawakan sebelumnya. Selain antusiasme dan daya kritisnya, usia dan latar belakang mereka pun beragam. Bukan hanya mahasiswa. Akan tetapi dari anak SD berusia 11 tahun, Petani muda, hingga Ibu Rumah Tangga berusia sekitar 50-an tahun (lupa menanyakan umur pastinya).
Seperti biasa, setiap kali mengisi workshop, saya selalu meminta peserta untuk membuat satu tulisan dengan panjang minimal tiga paragraf. Tulisan mereka saya periksa satu persatu kemudian saya koreksi dengan memberi masukan. Namun karena limitasi waktu , maka tak sempat saya memeriksa semuanya di lokasi workshop, Aula FIS UNY. Karya mereka pun saya bawa ke Jakarta.
Salah satu yang menarik dan sejak awal membuat saya tergugah adalah semangat luar biasa dari anak yang masih kelas 6 SD tadi. Namanya Umar Adhyali. Sebenarnya Umar, begitu ia biasa disapa, sudah dua kali menulis di koran lokal Jogja. Tapi Ibunya yang turut mendampingi, nampak sangat antusias agar anaknya terus belajar menulis.
Oh iya, Umar ini bukan anak biasa. bisa dikata, Ia selebriti. Jebolan Indonesia Mencari Bakat TRANS TV dan meraih juara 3 di ajang bergengsi itu. Umar jago sulap. Nampaknya ia memang anak multi talent, terlukis dari cara komunikasi dan confidencenya. Nah, berikut hasil tugas Umar yang telah saya ketik (salin dari kertas yang ia tulis tangan). Semoga tergugah dengan cerita Umar.
***
Pertolongan dari Tuhan
Ini kisah kehidupanku yang ditolong oleh malaikat. Ketika ibu saya baru ada masalah pasti ada yang menolongnya. Tak jarang yang menolong adalah malaikat. Ceritanya bermula saat ibu saya ada acara di masjid ternama di Jogja. Seperti biasa saat Ibu saya ada acara, pasti saya ikut. Setelah sampai pada acara tersebut saya langsung bersalaman dengan orang yang saya kenal
Saat itu saya langsung duduk di samping ibu saya dan mendengarkan sang pembicara berbicara (seminar). Setelah Ibu saya pulang, tiba-tiba ban sepeda ibu saya bocor. Langsung saja kami mencari tukang tambal ban teredekat.
Setelah selesi ditambal, kami pun akan pulang ke rumah. Namun tanpa diduga, ban sepeda Ibu saya pecah. Ibu langsung panik karena Ibu kehabisan uang untuk mengganti ban baru. ibu pun langsung menangis dan menyuruhku untuk sabar.
Setelah itu, Ibu saya mengatakan kepada saya, “Mar, kamu punya kenalan di daerah sini nggak?”. Langsung aku menjawab “punya”. Akhirnya aku memberitahu ibuku bahwa aku kenal orang ini saat tadi bersalaman. Ibuku langsung memohon kepada mas (tidak disebutkan namanya) untuk meminjam uangnya karena mau mengganti ban yang baru.
Ibu pun langsung ke bengkel dan mengganti ban. Lalu Ibu kembali ke tempat mas yang meminjami uang untuk ijin bahwa uangnya dikembalikan besok-besok. Dengan tenang, masnya bilang “tidak usah dikembalikan, saya ikhlas kok.” Ibu pun langsung berterima kasih dan bahagia.
Setelah itu kami langsung pulang dengan menggunakan sepeda ontel. Kebetulan jalan pualng itu naik. Ibu pun mengayuh sepeda dengan keberatan. Apa lagi ditambah bobotku 30 kg. Ibu pun nyaris putus asa ketika di jalan Kaliurang KM.05. ibuku tidak kuat mengayuh sepeda.
Ibu pun berdoa kepada Allah karena Ibu sudah tidak sanggup. Setelah KM.06, tiba-tiba da seseorang yang menyandarkan kaki di dekat punggungku. Lantas aku pun langsung kaget. Setelah aku menoleh ternyata ada seseorang tak dikenali senyum kepadaku. Orangnya muda, berbaju putih, bersuara wibawa dan mengatakan kepada Ibuku “Ibu tenang saja, tidak usah mengayuh karena saya dorong”. Ibuku merasa bahwa itu bukan orang melainkan malaikat karena Ibuku dibawa seperti angin dan di depan ada mobil tidak menghindar.
Setelah KM. 07 dibawa, dia bilang “sampai di sini saja ya” kata orang tersebut, kata Ibuku “ya”. Tiba-tiba malaikat itu menghilang. Itu manusia biasa atau malaikat?