
***
Hari ini ada yang berbeda dari biasanya, sejak semalam jadwal kegiatannya sudah tersusun rapi. Dari jam 8 dia harus ke penerbit, dilanjutkan dengan meeting kantor tempat dia sebagai freelance dan ba'da ashar Azzam harus syuro' BEM kampus dan dilanjut dgn mengisi liqoat hingga pukul 10 malam. Aktifitasnya nyaris tdk berubah sejak 3 tahun ia di bangku kuliah. Membiayai diri sendiri tdk menghalanginya berkontribusi untuk dakwah yg telah membuatnya jatuh cinta. Azzam yg sering menghabiskan paginya di depan laptop, terus produktif membagi inspirasi lewat rangkaian kata yg telah dia susun menjadi artikel padat penuh power.
Sepekan kemudian rasa bahagia bercampur penasaran menghiasi hati Azzam, orang tua seorang muslimah (akhwat) yg sekampus dengan temannya di Kota B dan selama ini membuatnya menabung hingga serius memikirkan pernikahan, sore tadi tiba-tiba menelponnya. ''Azzam, Ibu ingin mempertemukan kamu dgn anak Ibu. Kebetulan Ibu ada libur 2 pekan, jadi kita bisa bertemu bersama di Kota B tempat Ana kuliah, kamu siap kan?'', Azzam terdiam sejenak sembari menata kegembiraan agar tak ketahuan oleh Bu Dian, org tua Ana kalau dia sangat senang dgn tawaran untuk bertandang ke Kota B, bertemu dgn sang pujaan sekaligus melihatnya secara langsung (nazar). ''ehm...mmm..iya Bu, sy segera beli tiket pagi ini, besok sy berangkat''. Jawab Azza, dgn mantap sekaligus menutup pembicaraan singkat dgn Ibu Dian. Hari yang dinanti kini tiba, Azzam, menuju bandara. Sementara di Kota B, Bu Dian dan Ana anaknya sedang bersiap-siap. Ana yg sejak lama mengenal Azzam dari cerita temannya sebenarnya sudah sgt penasaran dgn sosok pemuda mandiri dan katanya sering 'diganggu' mahasiswi centil dikampusnya itu. Anak sibuk dengan pikirannya, sementara Bu Dian tersenyum melihat rona bahagia dia wajah bening putri semata wayangnya.. ''nak, kamu benar-benar sudah siap kan menjalani proses ini''? Tanya Bu Dian memecaah hening pikiran Ana ''Insya Allah mah, siap lahir batin. Ana justru khawatir Mas Azzam yg mundur jika tlh melihat sy yg biasa-biasa ini, profile mas Azzam sangat istimewa buat ana''..
***
...triring,triring...suara HP Bu Dian sejenak menghentikan percakapan. ''mah angkat tuh cepat, mas Azzam pasti udah mendarat di Airport'', ''yang sabar ya anak mamah yang cantik'' goda bu Dian pada Ana yg klihatan pipinya merah merona sambil tersipu.
''hallo..ibu, ini Azzam. Baru saja mendarat di Kota B, sekarang sedang mencari Bus ke alamat seperti yg Ibu berikan''....
''Iya Azzam, sy dan Ana menunggu di resto pak Adung''. disamping Bu Dian, tingkah ana memancing Bu Dia bertanya '' ada apa anakku,kok jadi salah tingkah begitu''? ''Tidak kok mah, sedikit nervous aja, kan baru pertama kali mau ketemu Mas Azzam'' jawab ana sekenanya....
Kring..kring..kring..dering HP bu Dian kembali terdengar sibuk, setelah menyadari Azzam menelpon bergegas diangkatnya ''Azzam, ada apa? Sudah sampai dimana?'' tanya Bu Dian.'' maaf bu, ini bukan Azzam, tapi ini Rio, salah satu penumpang Bus Megah Jaya yg selamat dari tabrakan maut tadi, sy melijat di call register HP Pak Azzam jika Ibu org terakhir dihubungi'' ''iya ada apa'', potong Bu Dian setengah mendesak. ''Azzamnya termasuk salah satu korban dan sekarang sedang di bawa ke RSU Kota B''. ''apa????? Azzam tidak apa-apa kan''?. Tiba-tiba sambungan pembicaraan mereka putus saat petir menggelegar diiring hujan. ''Siapa mah''? Tanya Ana penasaran melihat mimik Bu Dian. ''Na, Azzam...Azzam kecelakaan di tol ring road dan skrg dilarikan ke RSU Kota B, kata Pak Rio teman seperjalanan Azzam, Azzam menderita pendarahan otak''.
''Haaaaahhhhh...mamah bercanda kan???''. Ayo Nak kita ke RSU..
30 menit kemudian, Ana dan Bu Dian tiba di bagian Receptionis RSU Kota B,''maaf suster, ICUnya dimana ya?''. ''lurus kebelakang, mentok belok kiri'' kata perawat muda yg sepertinya seorang mahasiswi magang. Bu Dian dan Ana berjalan setengah berlari menyusuri bangsal RSU, mengikuti petunjuk tadi. Dari kejauhan terlihat kerumunan orang yg mengelilingi se sosok tubuh terbaring diatas kasur dorong. Bu Dian diikuti Ana segera menyeruak diantara kerumunan orang, ''Ibu keluarga Mas Azzam''? Sergah seorang petugas medis.''iya, saya bibinya''. Jawab Bu Dian meyakinkan. ''maaf bu, kami tidak dapat membantu pendarahan otak pak Azzam, lukanya sgt parah''..
''Haaaaaa.....mamaaaaaaahhh,''
Teriak ana disamping Bu Dian yg sejak tadi penasaran ingin melhat Azzam. Sementara dibelakang petugas medis tadi, sesosok pemuda dengan wajah teduh terbujur kaku. Darah segar masih mengucur dr balik perban dikepaanya. Ana yg sejak lama menantikan momen bahagia bertemu dgn zzam tdk mampu menahan duka. Kehilangan yang sangat teramat berat hanya bisa terbaca dari ai mata yg terus mengucur deras. Tanpa suara ana tergugu dan terus menangisi kepergian Azzam. Pemuda mandiri dan shaleh yang terbujur 3 meter dihadapannya kini telah meninggalkan harapan dan doa-doanya. Untuk pertama dan terakhir, Ana berjumpa dengan Azzam. ''Selamat jalan Azzam"..lirih Anah.
(*Kota Tua Anging Mammiri)