1.1.13
Peluang di Balik Gelombang #TheJakarTweeps
Artikel ini diterbitkan oleh Banjarmasin Post (2/1/2013) dengan sedikit perubahan
Wow, cetar
membahana. Artikel yang ditulis oleh kolumnis Forbes.com, Victor Lipman
(meminjam istilah artis Syahrini) betul-betul lebih dari sesuatu alias cetar. Betapa
tidak, di dalam artikelnya, Lipman menyebut Jakarta sebagai The World’s Most
Active Twitter City. Ya, Jakarta mendapat predikat sebagai kota dengan
pengguna twitter teraktif di dunia mengalahkan kota-kota besar dunia lainnya
seperti New York, London, Jepang dan Sao Paulo.
Lipman yang mengutip
hasil riset Semiocast.com bertajuk “Geolocation Analysis of Twitter Accounts
and Tweets” mengatakan bahwa selain Jakarta, Bandung juga merupakan kota
tersibuk di twitterland. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat itu tercatat berada di
posisi ke 6 mengalahkan kota besar dunia lainnya seperti Paris dan Los Angeles yang masing-masing berada di
posisi ke 7 dan 8.
Temuan Semiocast.com
dan artikel Lipman tersebut semakin membenarkan bila perlahan-lahan kita,
manusia Indonesia, bertransformasi menjadi mahluk hyperconnected. Beberapa
tahun belakangan, perkembangan information and communication technology (ICT)
di Indonesia memang sangat pesat. Operator-operator seluler berhasil menyatukan
nusantara melalui sambungan telekomunikasi dan bersaing ketat menawarkan
layanan internet. Bahkan melalui promosi penjualan kerjasama (bundling) dengan produsen
alat telekomunikasi seperti paket Simpati-Nokia, XL-Mito, AS-Samsung, Telkomsel-Blakberry
dan lain-lain. Kita pun memiliki banyak pilihan dengan persaingan tersebut.
Di sisi lain,
tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik sehingga mampu membeli
smartphone (telepon genggam cerdas) beserta paket internetnya. Pertemuan antara
penawaran dari konsumen dan kemampuan permintaan dari produsen ini memberikan
efek letupan dahsyat dalam jagat telekomunikasi dengan radius efek yang sangat
jauh. Berdampak pada ekonomi, pendidikan dan demokratisasi.
Twitter,
jejaring sosial paling populer di Indonesia termasuk yang memperoleh berkah. Budaya
masyarakat Indonesia yang senang ngobrol terbawa ke Twitter sehingga
jadilah kota dengan penduduk terpadat seperti Jakarta dan Bandung sebagai kota
tersibuk di Twitter. Obrolan para #TheJakarTweeps (pengguna Twitter di Jakarta)
dan #TheBandTweeps (pengguna Twitter di Bandung) yang tak tuntas di kantor, di
tempat kerja, di pasar atau di mall, mereka bawa ke Twitter.
Kalau
mengamati TT (Trending Topics - parameter apa yang paling banyak ditweet di dua
kota tersebut), mohon maaf saja, sebenarnya tak penting-penting amat. Kadang lebih
banyak candaan dan artikulasi kegalauan. Dari fenomena di TT itu juga saya
menangkap jika pengguna Twitter di Jakarta atau Bandung di dominasi oleh ABG
(anak baru gede) yang bisa kita identifikasi dari gaya bahasa mereka yang
kadang alay da, childish.
Tentu saja
obrolan di twitter tak melulu negatif atau tak membawa manfaat. Ada juga Tweeps
(sebutan bagi pengguna twitter) yang memanfaatkan Twitter untuk menyebarkan
virus motivasi, nasihat-nasihat agama, sex education, tips bisnis, maupun informasi
lalu lintas.
Selain bagi
operator seluler dan produsen handphone kita, sebagai pengguna Twitter, pun
dapat memperoleh manfaat komersil dari akun milik kita. Menurut saya, dengan paradigma bisnis tak
salah bila kita melihat setiap Tweeps sebagai pasar. Artinya, puluhan atau
bahkan ratusan juta pengguna Twitter bisa kita “kapitalisasi” dalam arti
positif (cross selling).
Seperti judul artikel
ini “Peluang di Balik Gelombang #TheJakarTweeps”, saya ingin memberi
contoh Tweeps yang memanfaatkan akun Twitter miliknya untuk menangkap peluang
tersebut. Mungkin pembaca sekalian tahu akun fenomenal @Poconggg milik
mahasiswa yang bernama Arief Muhammad. Dengan tweet-tweet yang merepresentasi
curahan hati anak muda, menggunakan bahasa gaul, alay, dan meggelitik, @Poconggg
mendadak ngartis.
Kicauannya
yang tersebar dan terus diretweet membuat @Poconggg memperoleh follower
melimpah. Hingga artikel ini ditulis, @Poconggg telah memiliki 2.188.561 follower.
Karena ngartis, @Poconggg (Arief Muhammad) kemudian banyak memperoleh orderan
untuk menjadi pembicara yang tentu saja dibayar. Followernya dikapitalisasi
untuk kepentingan bisnis. Dan hal itu, menurut saya sah-sah saja selama tidak
merugikan follower.
Di Twitland
yang lebih serius dan teduh, ada akun @Yusuf_Mansur yang memiliki 616.852
follower atau @Felixsiaw dengan 177.594 follower yang kemudian “dikapitalisasi”
dengan melakukan seruan-seruan kebaikan. Mengajak follower untuk taat pada
Allah SWT, memberikan nasehat-nasehat spiritual. Dari segi bisnis, beberapa
kali Tweet @Yusuf_Mansur dan @FelixSiauw juga dikomersialisasi dengan tweet
berisi iklan produk tertentu. Bahkan dengan konsistensinya pada topik tertentu,
pemilik akun @Felixsiauw menjadi ustadz idola dan semakin tertokohkan.
Dari tiga contoh
akun twitter populer : @Poconggg @Yusuf_Mansur dan @Felixsiauw tersebut, satu
kesimpulan bahwa mereka mengapitalisasi dan memanfaatkan twitter. Dari twitter,
ketokohan terbentuk, materi diraih dan pengaruh mereka tebarkan.
Bagi #TheJakarTweeps
dan #TheBandTweeps aktivitas mereka di twitter tentu saja meluah kesah, rasa
dan keinginan yang barangkali tidak tercapai. Di tengah kemacetan, suntuk
antrian panjang di bioskop dan halte bus way (Trans Jakarta) mereka melempar
uneg-uneg.
Nah, bagi yang
cerdas melihat celah, kesah, rasa dan keinginan #TheJakarTweeps dan
#TheBandTweeps, bisa menjadi peluang. Entah menjadi motivator dengan tweet
berisi motivasi, ustadz/penasehat spiritual, atau untuk kepentingan bisnis. Melayani
kebutuhan tweeps yang super sibuk karena tumpukan pekerjaan atau enggan terjebak
macet di luar rumah. Yang jelas, tweeps adalah pasar nyata bagi mereka yang
hendak menyelami E-commerce.
Seperti kalimat
penutup Lipman di dalam artikel yang dipublikasikan pada 30 Desember 2012
tersebut, dengan twitter “Indonesia’s vast market of 237 million is closer than ever.” Dengan
twitter, pasar Indonesia yang luasnya lebih dari 237 juta jiwa menjadi lebih
dekat daripada sebelumnya.
Dari seorang #TheJakarTweeps - Jusman Dalle
Di
Tengah Kemegahan Langit Jakarta
Pukul
00.00 WIB
Peralihan
dari 31 Desember 2012 ke 1 Januari 2012